Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Akademik 2024-2025, Anda dapat menghubungi Whatsapp Centre 0811-5872-300, 0812-5660-8604

Bulan Ramadhan, Sebuah Kado Indah Bagi Orang Beriman


Bulan Ramadhan adalah karunia Allah Ta’ala, ia merupakan kado terindah bagi orang beriman. Allah Ta’ala memanggil khusus bagi orang-orang beriman untuk menjalankan ibadah puasa di dalamnya selama sebulan penuh.


Allah Ta’ala berfirman;

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِينَ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُون

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Q.S. Al Baqarah : 183)


Puasa yang diwajibkan oleh Allah kepada orang-orang beriman selama sebulan penuh di Bulan Ramadhan tujuannyanya adalah meraih taqwa.


Bulan Ramadhan juga biasa disebut dengan bulan ibadah karena, hanya di dalam bulan Ramadhan nilai ibadah dilipatgandakan, semua ibadah sunnah akan dinilai sebagaimana ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan antara 10 hingga 700 kebaikan, sehingga kaum muslimin menjadikan waktu-waktunya untuk banyak beribadah.


Karena itu dengan ganjaran yang begitu menggiurkan, menjadi daya tarik tersendiri untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Ta’ala di dalamnya baik secara kuantitas juga kualitasnya.


Hanya saja perlu untuk diketahui, bahwa dengan melakukan persiapan lahir dan bathin untuk memasukinya maka waktu berharga ini akan bermanfaat secara optimal. Apakah akan sama perolehannya orang yang siap dengan yang santai-santai saja tanpa melakukan apa-apa dalam menyambutnya?. Tentu tidak, salah satu bentuk persiapan yang dilakukan adalah banyak-banyak meminta ampun atas dosa yang telah dilakukan sebelum-sebelunya.


Dilihat dari obyek perbuatan maksiat yang dilakukan seseorang maka ada dua dosa yang harus dibersihkan pada diri setiap orang mukmin, yakni kesalahan kepada Allah Ta’ala dan kesalahan kepada sesama makhluk khususnya kepada manusia.


Kesalahan kepada Allah ditempuh dengan bertaubat dengan beberapa pilar yang harus ditegakkan, pertama berhenti melakukan maksiat, kedua menyesali atas kesalahannya dan yang ketiga berjanji tidak akan mengulaninya kembali perbuatan dosa yang telah ia lakukan itu.


Adapun untuk menebus kesalahan kepada manusia, disampin memenuhi tiga pilar di atas ditambah lagi pilar yang keempat yakni memgembalikan barang atau meminta kerelaan orang yang pernah ambil haknya atau yang perna kita perlakukan secara zhalim.


Pembersihan diri dengan bertaubat penting dan mesti dilakukan karena pengaruh dosa atas diri sesorang akan membatasi dalam melakukan ketaatan dan menjadi penghalang untuk mendapatkan dari rahmat dan kasih sayang Allah Ta'ala.


Di dalam Kitab Al-Jawabul Kafi, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah merinci dampak-dampak buruk dari perbuatan dosa dan maksiat terhadap kehidupan seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat. Diantaranya;

1.    Terhalang untuk mendapatkan keberkahan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dinyalakan Allah di dalam hati seorang hamba, dan maksiat mematikan cahaya tersebut.

2.    Kegelisahan yang dirasakan pelaku maksiat di dalam hatinya, dan hilangnya ketenangan dari dalam hati.

3.    Allah akan mempersulit setiap urusan dalam hidupnya.

4.    Menimbulkan sifat lemah baik pada agama dan badannya, sehingga pelaku maksiat terasa berat dan malas untuk melakukan ketaatan.

5.    Maksiat menghilangkan keberkahan umur dan melenyapkan kebaikannya.

6.    Perbuatan maksiat akan mengundang perbuatan maksiat lainnya, sebagaimana ketaatan akan mengundang ketaatan yang lain.

7.    Maksiat akan menghalangi seseorang dari taubat kepada Allah dan pelaku maksiat akan menjadi ‘tawanan’ bagi syaitan yang menguasainya

8.    Maksiat yang dilakukan berulang-ulang akan menanamkan rasa cinta terhadap maksiat itu sendiri di dalam hati, sehingga pelaku maksiat akan merasa bangga dengan maksiat yang dia lakukan

9.    Maksat akan menghinakan dan menjatuhkan kedudukan seorang hamba di hadapan Tuhannya.

10.    Akibat buruk dari maksiat akan menimpa semua makhluk; manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan

11.    Maksiat akan melahirkan kehinaan

12.    Maksiat bisa merusak akal fikiran dan menghilangkan kecerdasannya

13.    Maksiat akan menutup mata hati, menyebabkan kerasnya hati, dan pelakunya dianggap sebagai orang yang lalai.

14.    Maksiat mendatangkan laknat Allah dan Rasul-Nya

15.    Maksiat akan menghalangi doa malaikat dan Rasulullah

16.    Maksiat menyebabkan kerusakan, keguncangan, gempa dan musibah

17.    Maksiat bisa mematikan semangat, menghilangkan rasa malu, membutakan mata hati

18.    Maksiat dan dosa bisa melenyapkan nikmat dan mendatangkan bencana

19.    Maksiat dan dosa akan meninggalkan tatatan masyarakat yang rusak akhlak dan agamanya.*(sumber/Hidayatullah.com)


Mengambil hikmah dari petuah Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah di atas, adalah sebuah keharusan seorang mukmin untuk membersihkan diri dari dosa dan maksiat sesegera mungkin serta dimana dan kapan saja, apatah lagi dalam memasuki Bulan Ramadhan yang merupakan bulan ibadah dan bulan al Qur,an.


Ibadah puasa, ibadah shalat, bacaan al Qur’an serta amal-amal shaleh yang lainnya akan diterima disisi Allah Ta'ala jika dilakukan dalam keadaan suci baik lahir ataupun bathin dan dengan niat yang suci yakni ikhlas karena Allah semata.


Semoga dengan pensucian diri yang kita lakukan dalam menyongsong bulan ramadhan, Allah Ta’ala berkenan menganugerahkan kepada kita kemuliaan-Nya yang terkandung dalam bulan ibadah ini. Amin!

________

*UST FIRDAUS, Penulis adalah pendidik dari lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Bontang