Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Akademik 2024-2025, Anda dapat menghubungi Whatsapp Centre 0811-5872-300, 0812-5660-8604

Persahabatan yang Tulus dan Teladan Cinta Muhammad Rasulullah

Oleh: Miftahuddin Nurdin
Mahasiswa STAI Luqman Al Hakim Surabaya. Alumni SMAHID 2006


Abu Sulaim Ad-Daramy berkata, "janganlah sekali-kali engkau bersahabat kecuali dengan salah satu dari dua macam ini, pertama, orang yang dapat engkau ajak bersahabat dalam urusan dunia dengan jujur, kedua, orang yang, karena engkau bersahabat dengannya, engkau memperoleh manfaat untuk urusan akhiratmu".


Islam sangat menjunjung tinggi persahabatan, sebagaimana sabda Rasulullah, "tidaklah engkau beriman sehingga engkau mencintai saudaramu sebagaiman engkau mencintai dirimu sendiri".

Wujud refleksi cinta bukan hanya dalam sikapnya untuk selalu membela saudaranya, tetapi tampak pula dalam tutur katanya yang lemah lembut, cara bicaranya sangat hati-hati, jangan sampai ada orang yang tersakiti hatinya karma lidahnya, walau dalam becanda atau senda gurau sekalipun.

Lihatlah tanda-tanda persahabatn itu, ketika kita memberi sesuatu maka dia akan menerimanya dengan perasaan haru, ketika kita dalam kesulitan, dialah orang yang pertama yang datang untuk meringankan beban. Ketika kita dalam kegelapan, dialah orang yang merasa paling bersalah karena tidak bisa memberikan penerang.

Penderitaannya bukan karena dirinya lapar atau karena sakit merintih dalam rasa nyeri, penderitaan yang dia rasakan adalah tatkala melihat saudaranya merintih kedinginan mengerang menahan rasa lapar, menanggung hidup berkepanjangan. Kebahagian banginya tatkala dia menjadi cahaya yang menerangi orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Renungkanlah, ketika Rasululah memekik karena sakit yang tak tertahankan tatkala malaikat maut mencabut nyawa beliau, beliau berkata, "Ya Allah, sungguh dahsyat maut ini, timpakan saja semua rasa maut ini kepadaku, jangan kepada ummatku".

Tatkala tubuh beliau mulai dingin, kaki dan dada beliau sedah tak lagi bergerak, bibir beliau bergerak seolah-olah menyampaikan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya ke bibir beliau. ”peliharalah sholat dan santunilah orang-orang disekitarmu". Demikianlah yang Ali dengar dari bibir beliau.
Tatkala Fatimah menutupkan tangannya ke wajah Rasulullah, Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir beliau, "ummatii... ummatii... (ummatku... ummatku...)". Bisik rasulullah.

Begitulah ketulusan cinta rasulullah kepada ummatnya, diantara sakaratul mautnya, kita masih diingatnya. Betapa ikhlas perjuangan dan pengorbanan beliau, berharap dapat memberikan yang terbaik kepada kita sebagai ummatnya. Sebagai ummat beliau, sudahkah kita dengan tulus mengasihi sesama seperti yang telah beliau contohkan?.