Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Akademik 2024-2025, Anda dapat menghubungi Whatsapp Centre 0811-5872-300, 0812-5660-8604

Siapakah Orang Asing itu dan Kenapa Disebut al Ghuroba'?

Dari Abi Hurairoh berkata, bahwa Rosulullah bersabda “Islam itu pada awalnya dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing"

Dalam riwayat Ahmad; Yaitu orang-orang yang sholih berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, orang yang mendurhakai mereka lebih banyak daripada yang mentaati mereka.”
(HR. Muslim).

Asingnya Islam saat pertama Begitu berat dan dahsyat penderitaan nabi beserta sahabat-sahabatnya melaksanakan dakwah Islam ini. Berbagai celaan, hinaan, pemboikotan, penyiksaan, pengejaran, pembantaian telah dialaminya sampai Allah memberikan pertolongan.

Di saat kondisi jahiliyah yang parah, ternyata masih ada sekelompok manusia yang tetap tegak, kokoh di atas kebenaran, istiqomah dengan ajaran al-Haq, Islam yang mulia. Meski dengan resiko celaan, ejekan, dan rintangan. Sebab mereka memilih beriman apapun resikonya, bahwa inilah jalan hidup yang wajib ditempuh, harga mati yang tidak akan ditawar lagi.

Ternyata, kekalahan, kehinaan dan kehancuran adalah bagi para penentang islam ini. Sebaliknya, hasil akhir berupa kebahagiaan dan kemuliaan dunia - akhirat ada pada pihak yang Allah ridhoi. Dengan janji-Nya; “Bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik (surga)” (QS. Ar-Ro’d: 29) 2)

Demikian ini menurut pendapat Ibnu Abbas, Ikrimah, Qotadah, Ibnu Ajlan dan sebagainya. 3)
Ditengah masyarakat yang berideologi keropos, berpolitik demokrasi, berekonomi riba, berkehidupan social materialis, berbudaya korup, berhukum sekular, berakhlaq barat, Alhamdulilah Allah masih lahirkan manusia-manusia pilihan-Nya untuk mengemban dakwah Islam ini ke seluruh pelosok dunia.

Siapakah orang asing itu ?
Rosulullah bersabda; Yaitu orang yang membuat perbaikan di saat manusia berbuat kerusakan. (HR. Muslim).


Al-Qodhi ‘iyadh berkata; maksud Islam akan kembali asing adalah ada di kota Madinah.
“Sesungguhnya iman akan pasti berkumpul di Madinah sebagaimana ular berlindung di sarangnya” (HR. Bukhori)

Pada masa awalnya, orang-orang berhijrah ke Madinah. Di antaranya ada yang termotivasi untuk hidup berdekatan dengan rosulullah, ada yang ingin bertempat tinggal saja, dan ada yang ingin membuat masyarakat guna melaksanakan agama.

Dan maksud pada umumnya adalah Islam awal mulanya dipeluk oleh sebagian kecil orang, kemudian tersiar secara luas. Namun kelak pada suatu zaman pemeluk Islam yang benar-benar akan kembali sedikit seperti awal mulanya.


Hadits Amru bin Aufal-Muzanni berkata; “sesungguhnya agama ini awal mulanya dipandang asing, dan akan kembali asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing tersebut, yaitu orang yang berbuat perbaikan-perbaikan tatkala manusia berada pada kerusakan” (HR. Muslim).


Di tengah masyarakat yang terbuai dan terlalaikan dengan pernak-pernik kehidupan dunia, akan tetap ada manusia yang berpegang teguh pada tali kebenaran Islam ini, maka mereka seolah-olah dipandang aneh oleh orang-orang bodoh, karena berbeda dengan kebanyakan manusia pada umumnya.

Kok ada manusia menegakkan sholat ketika manusia mengabaikannya. Kok masih ada orang yang istiqomah mengutamakan Al-Qur’an di tengah-tengah manusia yang meremehkannya. Kok ada orang yang menghiasi kehidupannya dengan ibadah di saat manusia-manusia terlena dengan kelalaian, dan ternyata masih ada segolongan hamba yang mencintai akhirat di saat manusia yang waktunya habis tersita untuk dunia.

Orang asing (Ghuroba’) itu adalah kelompok orang yang mendapatkan keselamatan, selamat sentausa dengan berpegang erat pada Al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Rojab; Rosulullah bersabda; 

“Senantiasa ada dari ummatku yang selalu menegakkan perintah Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang tidak menolong mereka, dan orang yang menyelesihi mereka. Hingga datang perintah Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu” (HR. Bukhory).


Ulama’ mutaakhirin mensifati orang asing itu adalah yang meyelamatkan aqidahnya dari syubhat, memperkuat keimanannya, menjaga ketaqwaannya, maka mereka selamat pula hidupnya dunia akhirat. Adapun yang di luar mereka adalah orang-orang yang sesat binasa.

Orang asing adalah mereka yang meneguhkan komitmennya dengan aqidah tauhid di saat orang bergelimang kesyirikan, berleha-leha dalam kelalaian. Orang asing adalah mereka yang loyal dengan imannya di tengah komunitas kuffar, yang tetap istiqomah dengan sunnah tatkala sebagian cecunguk asyik dengan bid’ahnya.

Orang asing adalah mereka yang mengikuti rosulullah, sahabat-sahabatnya, tabi’in (murid para sahabat), tabi’ut-tabi’in, serta imam-imam yang mendapatkan petunjuk dengan setia. Maka ikutilah mereka, tempuhlah manhaj-nya, sebab siapa saja yang mengikuti mereka akan selamat, jika tidak sesatlah dirinya.

Orang asing adalah mereka yang tegak dengan dakwah islam, terang benderang di atas kebenaran lahir maupun bathin, baik dengan ucapan maupun perbuatan, yang tulus ikhlas, penuh kesungguhan dan kemantapan hati. 


Orang asing adalah mereka yang berjihad melawan musuh-musuh dakwah Islam dari kelompok liberal, sekular materialis, neo muktazilah, jahmiyah, golongan khowarij, syi’ah rofidhoh, murji’ah, qodariyah, sufi kebatinan dan setiap musuh agama.

Orang asing adalah mereka yang disebutkan dalam ayat;  “Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, ” (QS. Ali- Imron: 108)

Orang asing adalah mereka yang melaksanakan seruan ayat;
“Dan tidak pantas bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan manakala Allah dan rosul-Nya telah menetapkan suatu urusan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) dari urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan rosul-Nya maka sungguh ia telah sesat dengan nyata” (QS. Al- Ahzab: 36) 13)

Orang asing adalah;
“Maka demi Robb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidaklah beriman sampai mereka menjadikan kamu hakim pada apa - apa yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menyerahkan diri dengan sebenar-benanrnya” (QS. An- Nisa’: 65)


Orang asing tersebut adalah mereka amat mengagungkan sunnah. Yaitu orang yang menjaga sunnah-sunnah ketika manusia membuat kerusakan-kerusakan di dalamnya dengan beraneka ria TBC (tahayul, Bidah dan Churofat).


Beruntunglah orang yang asing
Orang asing adalah mereka yang mengikuti rosulullah dalam beragama yang meliputi aqidah, ibadah, manhaj, akhlaq, dan dakwah. Maka kebahagiaan bagi mereka. Sebagaimana do’a kita dalam sholat;
“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, yakni jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka” (QS. Al-Fatihah: 6 -7)


Lantas, siapakah yang dimaksud orang yang diberi nikmat tersebut?. Yaitu;
“Dan orang-orang yang taat kepada Allah dan rosul, maka mereka itulah golongan yang bersama orang-orang yang beri nikmat oleh Allah atas mereka, yaitu para nabi, shiddiqin, para syuhada’ dan orang-orang sholih” (QS. An-Nisa’: 69)


Kesimpulan dari al-Auza’i; asing maksudnya sedikit sekali manusia yang benar-benar berada pada sunnah sehingga disifati asing, tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya. 18) manusia pilihan yang tidak ikut-ikutan dengan gelombang kehidupan materilialisme, tidak pula terombang- ambing dengan gelimang syahwat dan syubhat. 


Imam at-Tsaury berkata; ketahuilah bahwa para pelaku sunnah adalah orang-orang asing (al-ghuroba’) itu. Yunus ibnu ‘ubaid juga menjelaskan; tidaklah tersisa sedikitpun dari ajaran nabi berupa melaksanakan sunnah-sunnah melainkan akan dirasa asing oleh manusia yang tidak mengerti”.


“Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Robb-Nya bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal dari sisi Allah. Dan apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi orang-orang yang berbuat baik” (QS. Ali-Imron: 198).


Khotimah Semoga kita bisa menjadi golongan orang-orang yang Allah beri nikamt atas mereka di dunia dan akhirat. Sebagaimana telah dijelaskan. Dan bukan kebanyakan manusia yang melalaikan dirinya akan tujuan kehidupannya. Amiin. [By Mardiansyah]