Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Akademik 2024-2025, Anda dapat menghubungi Whatsapp Centre 0811-5872-300, 0812-5660-8604

Kenikmatan Diutusnya Rosulullah SAW

“Sungguh Allah memberikan nikmat atas orang-orang yang beriman, ketika Dia mengutus kepada mereka seorang rosul dari mereka, agar rosul membacakan ayat-ayat Kami, dan menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Qur’an dan Al-Hikmah (as-Sunnah) karena mereka dahulunya sungguh berada dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali Imron : 164). Kandungan ayat ini sama pada surat Al-Baqoroh : 151, Al-Jum’ah : 2, al_Baqoroh : 129 dan sebagainya.



Diutusnya Rosulullah sebagai kenikmatan
Kondisi umat sebelum diutusnya rosul sebagai lahirnya agama Islam berada pada titik kehancuran. Aqidahnya penuh khurofat, akhlaqnya bejat, ekonominya melarat, politiknya pun sekarat. Otak-otak orang jahiliyah memang jahil (:bodoh), mata hatinya buta kepada kebenaran, anak-anak perempuan mereka bunuh, gemar berperang dan membunuh, minum-minuman keras, perjudian, perbudakan dan kehancuran multi dimensi.


Dengan diutusnya rosul kepada mereka merupakan nikmat yang luar biasa. Karena dengan sebab risalahnya umat manusia ini terentas dari kerendahan moral jahiliyah menuju cahaya akhlaq Islam yang mulia. Akhlaq mereka menjadi luhur, perangai mereka menjadi lembut, menjadi manusia yang paling dalam ilmu dan pemahaman agamanya, paling baik hatinya, paling sedikit bebannya, paling fasih lisannya, dan paling kuat hujjahnya.


Darah dan kehormatan mereka menjadi sangat terjaga, mereka menjadi orang yang paling sabar dalam derita dan cobaan, generasi paling ikhlas dalam berbuat, paling ridho dengan ketentuan Allah, dan paling bisa bersyukur dengan nikmat yang ada. Derajat keimanan mereka tidak mampu tertandingi oleh generasi sesudahnya. Sebagaimana sabda rosulullah; “Seandainya mereka berinfaq hanya 2 telapak tangan berupa gandum, niscaya tidak akan mampu kalian tandingi meskipun kalian berinfaq dengan 2 gunung Uhud berupa emas”.


Nikmat yang terbesar yang dikarunikan Allah kepada orang yang beriman di samping kenikmatan lahir dan bathin adalah diutusnya rosulullah SAW ke muka bumi. Karena dengan adanya rosul menjadi jelaslah siapakah sebagai figur nyata, siapakah yang harus diteladani dalam praktek menjalani hidup ini. Jadi diutusnya nabi dan rosul merupakan nikmat agung dan bukan sekedar dongeng atau cerita kosong. Sudah diberi contoh saja manusia masih banyak yang mengingkari, bagaimana seandainya tidak ada contoh ?
Dengan demikian tumbanglah keyakinan orang-orang yang menjadikan panutan mereka berupa manusia, baik tokoh, paraktisi, pimpinan organisasi, artis, ustadz, kyai ini dan itu dan sebagainya.

Karena tauladan yang mutlaq itu hanya satu, yakni rosulullah saw. Dan meneladani rosulullah hukumnya wajib. Sebagaimana firman Allah: “Katakanlah (wahai Muhammad) jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku” (QS. Ali-Imron : 31) dan ayat berikutnya, “Dan taatilah Allah dan rosul, maka jika kalian berpaling, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir”. (QS. Ali-Imron : 32). Meneladani rosulullah berarti meneladani dalam agama ini; dalam hal beraqidah, beribadah, bermanhaj, berdakwah, berakhlaq bahkan bermuamalah.
Mengapa diutusnya seorang rosul dari kalangan “Ummy” (Arab)? Karena bangsa Arab berada dalam kondisi klimaknya dalam kesesatan. Agama tauhid nabi Ibrahim sebagai nenek moyang mereka ganti dengan penyembahan berhala, ahlul kitab mereka merobah-robah isi kitab sebelum Al-Qur'an, menyelewengkan maknanya, dan huruf-hurufnya. Mereka menanamkan keraguan sesudah datangnya keyakinan, melakukan kejahatan sesudah datangnya kebenaran.


Dengan diutusnya rosulullah, kaum muslimin menjadi penguasa hampir dari sepertiga dunia. Super power Persia dan Romawi ketika itu pun tumbang. Karena agama Islam yang dibawanya sebagai agama yang mengangkat harkat dan martabat umatnya ke puncak kemenangan dan kejayaan.
Sebagaimana firman Allah : “Dialah (Allah) yang mengutus rosul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq, agar dia menangkan atas segala agama. Meskipun orang-orang kafir tidak suka” 8) (QS As-Shoof : 9)


Membacakan ayat-ayat Allah
Rosulullah membacakan ayat-ayat al-Quran (tanziliyah) maupun ayat-ayat di alam semesta (kauniyah). Untuk apa? Pertama; dan merupakan yang paling penting, yaitu agar manusia menyembah hanya kepada allah SWT semata, agar semua manusia mentauhidkan Allah SWT dan tidak berbuat syirik.Sehingga manusia berbuat kebajikan, memilih petunjuk dari pada kesesatan, menempuh kebenaran dan menjauhi kebatilan, memilih surga dari neraka.
Kedua; untuk menunjukkan bahwa Al-Qur'an itu adalah sebuah kebenaran. Sebagaimana firman-Nya; “Dan akan aku perlihatkan kepada mereka tentang ayat-ayat Kami di ufuk-ufuk langit maupun pada diri mereka sendiri sampai jelas bagi mereka bahwasanya Al-Qur'an adalah kebanaran” 11) (Fusshilat : 53)


Menyucikan diri / Tazkiyah
Akhir-akhir ini memang lagi nge-Trend istilah tazkiyatun nufus (:penyucian jiwa) dengan berbagai training, ceramah, dan tulisan. Seperti MQ, ESQ, acara dzikir, refleksi dan sebagainya. Karena memang Tazkiyah sendiri merupakan misi rosulullah diutus. Sebagaimana sabda beliau :“dan tidaklah aku diutus melainkan agar menyempurnakan akhlaq yang mulia”( HR. Bukhory).


Ada 7 tazkiyat yang diajarkan rosul*), yaitu :
1. Tazkiyah dari syirik kepada tauhid
Semua nabi dan rosul misinya sama, yakni menegakkan tauhid dan menghapuskan syirik.
“Dan sungguh Aku telah mengutus pada setiap umat dengan seorang rosul supaya; sembahkah Allah dan jauhilah thoghut” 13) (An-Nahl : 36).
Dalam hal ini sudah jelas apa yang terjadi pada zaman rosul. Agama pagan (berhala) masyarakat Arab kala itu ditunjukkan dengan banyaknya berhala yang bertengger di sekitar Ka’bah lebih dari 360 buah. Sehingga nabi menghancurkannya setelah Futuh Makkah. Berbagai bentuk kesyirikan tersebut berupa; sihir, tathoyyur, jimat, tangkal, perdukunan, meramal nasib, mengagungkan benda bertuah, dan sebagainya.
Nabi Sulaiman menegakkan tauhid dan menghapus agama Zoroaster (penyembah matahari dan api) orang-orang Saba’. Beliau juga menghancurkan penyembahan kepada jin dan sihir.
Nabi Musa melawan penyembahan manusia kepada manusia, yaitu Fir’aun. Menghancurkan penyembahan orang-orang Bani Israil kepada anak sapi.
Nabi Ibrahim pun demikian. Ia sendiri yang menghancurkan patung-patung berhala dengan kapak meskipun dengan resiko dibakar api oleh raja Namrud. Beliau juga menentang kepada ayahnya sendiri yang membuat berhala.
Nabi Isa menhapuskan syirik bangsa Bani Israil yang menganggap dan menyembah malaikat sebagai anak tuhan.
Nabi Nuh mengajak kaumnya selama 950 tahun agar hanya menyembah kepada Allah semata. Dan meninggalkan pemujaan kepada patung orang-orang sholeh; Wadd, Yaghuts, Ya’uuq, Yasr, Nasr, Hubbal, Manat, Latta dan sebagainya. Dan seluruh nabi-nabi yang lain juga demikian.


2. Tazkiyah dari riya’ kepada ikhlas
Nabi bersabda; “Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian (wahai sahabat) adalah syirik kecil, yaitu riya’” (HR. Ahmad).
Dan gambaran bahaya riya’ sebagai syirik kecil itu sangat halus. Lebih tersembunyi dari keberadaan semut hitam yang merayap di atas batu hitam di malam yang kelam. Rosulullah saja takut akan riya’, sahabat nabi saja sebagai generasi terbaik (:khoirul qurun) saja takut terjangkit riya’, seharusnya apalagi kita. Namun kenapa kadang-kadang kita suka sekali dengan yang namanya pujian dan sanjungan manusia. Kenapa sering kali kita setiap berbuat hitung-hitungannya hanya uang dan uang. Dan jarang sekali yang mampu memurnikan keikhlasan dalam beramal.
Imam at-Tsaury berkata: “tidak ada suatu amal yang berat bagiku melainkan mengikhlaskan niyat dalam setiap kali berbuat” Oleh karena itu apabila manusia berinfaq niyatnya agar disebut dermawan, mengajar agama dan membaca Al-Qur'an agar dikenal ‘alim, berjuang di jalan Allah agar disebut sebagai pahlawan maka merekalah golongan yang akan masuk neraka pertama kali.


3. Tazkiyah dari dusta kepada kejujuran
Dusta adalah pangkal segala kejahatan. Jujur adalah pangkal segala kebaikan. Sifat jujur ini telah dicontohkan oleh rosulullah yang mana beliau dikenal sebagai As-Shiddiq dan Al-amin. Bahkan saat hijrah ke Madinah pun rosulullah masih dipercayai orang Quraisy untuk menitipkan barang. Tiada pernah orang berdusta kecuali ia munafiq. Karena ciri-ciri munafik adalah;
Jika berkata, berdusta. Jika berjanji, mengingkari. Jika dipercaya, khiyanat.17 Jika berdiri sholat, malas. Jika sholat, tidak berdzikir dan khusyu’. Jika beramal, riya’. Jika bermusuhan, curang.
‘Aisyah ditanya : “Apa akhlaq yang paling jelek?” Ia manjawab; “Dusta”. Ketika rosulullah berjalan di pasar, beliau mendapatkan pedagang yang mencampur tepung basah dengan tepung kering untuk menipu pembeli. Kemudian beliau bersabda; “barang siapa yang berdusta ia bukan golongan kami”.
Bahkan orang yang berdusta mengatas namakan nabi juga diancam dengan sabda beliau; “ barang siapa yang berdusta atas namaku, maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka”.
Rosulullah bersabda : “Jujur itu mengantar kepada kebaikan, dan kebaikan mengantar kepada surga. Tiada seseorang selalu jujur kecuali pasti dicatat sebagai orang yang jujur. Dan dusta itu mengantar kepada keburukan, dan keburukan mengantar kepada neraka. Tiada seseorang selalu berdusta kecuali pasti ia dicatat sebagai pendusta”.


4. Tazkiyah dari Khiyanat kepada Amanah.
Orang yang tidak amanah itu merusak. Pejabat yang dipercaya rakyat lantas tidak amanah juga merusak. Karena orang yang tidak amanah adalah orang yang tidak bertanggung jawab. Selalu menghindari masalah dan menjadi tanggungan orang lain. Menjadi beban orang lain, meminta-minta dan tidak tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tidak pula kepada anak, istri dan kewajiban-kewajiban terhadap manusia maupun Allah SWT.
Seorang suami yang tidak amanah, menyengsarakan seluruh keluarganya. Kita tidak bisa bayangkan seandainya pemimpin-pemimpin di atas keluarga juga berkhianat atas kepercayaannya, bagaimana kehancurannya. Jika kepala sekolah, kepala desa, camat, bupati, walikota, gubernur, polisi dan presiden tidak lagi amanah, betapa mengerikan akibatnya.


5. Tazkiyah dari Takabbur kepada Tawadhu’
Kibir alias sombong itu apa? Banyak orang yang mempersepsikan dengan macam-macam, seperti : kalau jalannya cepat, sandal dan bajunya bagus, terlalu PD, kendaraan dan assesoris rumahnya mewah, dan sebagainya. Padahal criteria sombong sudah disefinisikan oleh rosulullah sendiri; “Batrul haqq wa ghomtun naas”, menolak kebenaran dan melecehkan manusia.
Jadi kalau sudah disampaikan kebenaran, ini ayatnya begini, ini haditsnya, ini tauhid - ini syirik, ini sunnah ini bid’ah, dan kemudian tidak terima, maka dialah orang yang sombong. Dan melecehkan orang yang menyampaikan; ustadznya kurus, anak kemarin sore, orang pinggiran yang tidak punya title dan miskin, sok alim dan celaan-celaan yang lain. Inilah orang sombong yang tulen.
Dan orang-orang yang sombong kelak diancam dengan neraka meskipun kadar kesombongannya hanya sebesar biji sawi. Karena kesombongan dan keagungan adalah pakaian dan selendangnya Allah dan barang siapa yang merebutnya maka Allah akan menga-‘adzabnya.


6. Tazkiyah dari Tahajur kepada Tarohum
Haram hukumnya bagi seorang muslim bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga hari 26). Karena kalau saling menjauhi yang terjadi adalah kelemahan dan kekalahan barisan kaum muslimin. Kasih sayang dan tolong menolong adalah pilar kuatnya umat Islam. Sifat kebersamaan dan saling bersatu ini pernah dilakukan oleh rosulullah dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor.
Kebersamaan kaum muslimin seperti tergambar dalam barisan sholat, atau satu bangunan yang satu dengan yang lainnya saling menguatkan, atau seperti satu anggota tubuh manakala yang satu sakit maka yang lainnya ikut merasakan sakit. Jalan terciptanya tarohum diantaranya dengan saling memberi hadiah, menyambung silaturahim, membantu orang susah, menutupi aib saudaranya, dan lemah lembut dalam perangai.


7. Tazkiyah dari akhlaq yang buruk kepada akhlaq yang baik
Akhlaq yang mulia adalah sebaik-baik bekal agar dimasukkan ke surga. Sebagaimana sabda rosulullah ; “Sesungguhnya yang paling banyak mampu memasukkan surga adalah akhlaq yang baik……..” (HR. Bukhory)
Akhlaq yang baik diantaranya; ramah, suka menolong orang yang membutuhkan, empati kepada sahabat, rajin, kreatif, pemberani, visioner, tanggung jawab, kerja sama tolong menolong dalam kebaikan, dan sebagainya. Sedangkan akhlaq yang buruk seperti; bakhil, bengis, egois, malas, penakut, pecundang, putus asa, bermental cengeng, boros, ceroboh, mudah tersinggung, emosional, serakah dan sebagainya.
Akhir kata
Inilah kenikmatan yang dikaruniakan Allah kepada kita dengan diutusnya rosulullah SAW. Masalahnya sekarang adalah: maukah kita semua memetik nikmat-nikmat yang agung ini ??? [Penulis: Mardiansyah; Wakil Kepala Sekolah SMA Hidayatullah Bontang]