Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Akademik 2024-2025, Anda dapat menghubungi Whatsapp Centre 0811-5872-300, 0812-5660-8604

Kebangkitan Umat Dengan Ilmu dan Iman

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (Al-Mujadilah : 11)

Tiada seseorang yang mengenakan sifat kemuliaan kecuali ia ikut mulia. Sedangkan ilmu adalah kemuliaan sepanjang masa yang akan mengangkat pemiliknya. Bukankah Allah memulai wahyu pertama ini dengan perintah Iqro’ (: bacalah!) ? Karena membaca sebagai symbol dan dasar ilmu pengetahuan.



Yang dimaksud ilmu di sini menurut Ibnu Taimiyah adalah : Qoul Allah, Qoul rosulullah dan Qoul sahabat dan apa yang diandarkan kepadanya. Adapun yang lainnya dalam bidang agama merupakan was-was syaiton. Ibnu katsir menerangkan Allah meninggikan suatu kaum dengan ilmu yakni dengan ilmu Al-Qur’an. Sebagaimana sesuai dengan hadits nabi bahwa Allah mengangkat umat ini dengan Al-Qur’an dan menghinakan yang lain dengan Al-Quran pula. Benarlah ucapan ulama’; umat Islam ini semakin bangkit dan jaya karena berpegang teguh dengan al-Quran dan umat lain jaya karena semakin jauh meninggalkan kitab-kitab mereka.

Allah juga menolak mempersamakan orang yang memiliki ilmu dengan yang tidak. Karena orang yang berilmu jelas lebih mulia dari si bodoh. Dengan firmanNya; “……..katakanlah, adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?” (Az-zumar : 9)4) artinya jelas tidak sama.

Nabi Ibrahim mendapatkan kedudukan tinggi karena ilmu hujjahnya melawan tirani raja Namrud. Renungkan pula kelebihan Adam yang dicapai di atas para malaikat adalah dengan pengetahuannya pada nama-nama. Sehingga para malaikat disuruh oleh Allah agar bersujud sebagai penghormatan kepadanya.

Apa yang dicapai oleh nabi Yusuf berupa kedudukan tinggi di atas permukaan bumi adalah lantaran ilmu. Bukan hanya ia seorang nabi anak dari seorang nabi, cucunya nabi, cicitnya nabi, moyangnya juga nabi. Melainkan penguasaannya dalam hal ilmu. Bukankah ia dahulu ditemukan sebagai anak buangan, yang dijadikan budak dan diperjualbelikan. Namun pada akhirnya ia mendapatkan kedudukan menteri hingga tahta kerajaan karena sebab pengetahuannya akan takwil mimpi, kecakapan dan strateginya menghadapi musim paceklik, cara mendapatkan saudaranya kembali dan sebagainya semua dengan sebab lantaran ilmu yang diajarkan Allah kepadanya.

“Demikianlah kami atur untuk Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya dengan undang-undang raja kecuali Allah menghendakinya. Demikianlah Allah meninggikan derajat orang-orang yang ia kehendaki dan di atas orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang lebih maha mengetahui” (QS. Yusuf : 76)

Nabi Khidir mendapatkan murid sehebat nabi Musa karena kelebihan ilmunya yang belum diketahui Musa. Nabi Sulaiman mampu menguasai kerajaan Saba’ dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaannya karena penguasaannya terhadap bahasa burung.

Nabi Dawud dapat melindungi diri dari senjata musuh sehingga mampu memenangkan pertempuran karena memiliki pengetahuan tentang cara membuat baju besi.

Nabi Isa dalam usianya yang masih belia sudah menjadi rujukan tempat bertanya dan mengadukan berbagai masalah di kalangan Bani Isroil karena sebab pengetahuannya tentang al-Kitab, hikmah dan Injil yang diajarkan Allah kepadanya.

Ibnu ‘Abbas juga menjadi tempat bertanya sebagian para sahabat lantaran penguasaannya dalam ilmu tafsir Al-Qur’an. Sahabat Usamah bin Zaid diangkat menjadi panglima perang dalam usia yang masih muda. Maka benarlah sebagaimana perkataan imam syafi’i; orang yang memiliki ilmu itu besar di mata masyarakat meskipun ia dari kalangan orang kecil, dan orang besar menjadi kecil di mata masyarakat karena ketiadaan ilmu padanya.

Diantara kemuliaan ilmu yang lain berupa akan dimuliakannya pemiliknya. Manfaatnya bukan hanya di dunia namun pahalanya akan terus mengalir sampai akhirat. Sebagaimana yang disabdakan rosulullah,
“jika anak cucu Adam meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakannya” (HR. Muslim).

Ketika peristiwa perang Uhud usai, rosulullah SAW menyuruh agar para syuhada’ yang hafal Al-Qur’an agar dikuburkan lebih dahulu dari yang lainnya. Rosulullah memuliakan mereka bukan hanya saat hidupnya bahkan hingga wafatnya. Tidak rosulullah mendoakan kehancuran kepada musuh dengan disyari’atkannya Qunut Nazilah kecuali ketika para sahabat yang hafal Al-Quran banyak yang dibunuh.

Bahkan bukan hanya manusia, hewan yang diajari dengan ilmu lebih mulia dari hewan yang lainnya. Bukankah anjing yang selalu menyertai ashabul kahfi dikategorikan oleh Allah sebagai binatang yang mendapat perlindungan ?

Ilmu itu dapat menyelamatkan pemiliknya. Ibrah dari burung Hud-hud yang terhindar dari hukuman nabi Sulaiman disebabkan memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki nabi Sulaiman. “………aku mengetahui sesuatu ilmu yang kamu belum mengetahuinya” (An-Naml :222).

Hewan hasil buruan Anjing yang diajari ilmu dihukumi halal dan bukan sebagai bangkai yang haram dimakan. Tentunya disaat melepas dibacakan nama Allah. Berbeda dengan hasil buruan hewan yang tidak diajari sama sekali. Hal ini menunjukkan hewan yang mendapat pengajaranpun lebih mulia dari pada yang tidak. Bukankah hewan yang diajari bermain sirkus menjadi lebih mulia dari pada sebelumnya?

Allah mengangkat raja Tholut di kalangan bani Isroil untuk melawan tirani raja Jalut (Goliat) karena Tholut memiliki keluasan ilmu dan kekuatan. Meskipun ia orang miskin namun Allah tetap memilihnya. Meski banyak protes dari bani Isroil sendiri. Sehingga musuhpun takhluk di bawah kekuasaannya.

Allah mengangkat nabi Musa ke derajat yang tinggi dengan gelar : kalimullah karena mujahadahnya, kesabaran dan kegigihannya mendakwahi kaumnya. Meskipun ia seorang nabi yang ‘nakal’ namun kebaikannya mengalahkan segala kelemahannya. Ia pernah menarik jenggot saudaranya, Harun. Ia pernah meninju orang Qibti sampai mati. Ia pernah jengkel kepada kaumnya. Namun kegigihannya terhadap ilmu menjadikan ia mulia, sebagaimana perkataannya; “ aku tak akan berhenti berjalan sebelum sampai pertemuan 2 lautan atau aku akan berjalan selama bertahun-tahun” (QS. Al-kahfi ; 60)

Berkat hikmah dan ilmu yang diberikan Allah kepada nabi Dawud dan Sulaiman berhasil menghindarkan pertikaian di antara kaumnya karena kambing-kambing ternak milik salah satu kaumnya merusak perkebunan milik kaum yang lain.20)

Orang yang baru berusaha menunutut ilmu saja diberi kemuliaan oleh Allah. Ia selalu didoakan Allah, didoakan dan dimintakan ampun oleh para malaikat, semua penghuni langit dan bumi hingga semut di liangnya, bahkan ikat di laut dan perairan ikut mendoakan karena ridho dengan apa yang ia cari. Doa-doa itu menjadi perantara penyebab keselamatan, kebahagiaan, dan keberuntungan baginya.

Orang yang berusaha menuntut ilmu syar’i akan dimudahkan jalannya ke surga. ia akan dimuliakan dari manusia awam sesamanya sebagaimana kelebihan cahaya bulan atas bintang-bintang.

Ada riwayat pula ketika Ali bin Abi Tholib ditanya tentang manakah yang lebih mulia antara ilmu dan harta. Ia menjawab lebih mulia ilmu karena;
ilmu dapat menjaga pemiliknya sedangkan harta minta dijaga
ilmu merupakan warisan para nabi sedangkan harta warisan para raja.
Ilmu semakin bertambah diajarkan sedangkan harta semakin berkurang dibagikan
Ilmu memperbanyak sahabat sedangkan harta bisa membuat pertengkaran
Ilmu itu abadi sepanjang masa sedangkan harta bisa hilang dimakan usia.
Matinya pemilik ilmu merupakan kematian orang banyak, sedangkan matinya pemilik harta tidak
Ilmu semakin banyak semakin mahal, sedangkan harta semakin banyak semakin murah
Dan masih banyak yang lain yang Allah memuliakan suatu kaum dengan ilmu ini. (Penulis: Mardiansyah, Wakil Kepala Sekolah SMA Hidayatullah Bontang)